MUATAN LOKAL MEMBATIK PADA KURIKULUM SMP DAN SMA SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN

  • Aziz Ali Haerulloh Universitas Padjadjaran
Keywords: membatik, muatan lokal, kurikulum, regenerasi, warisan budaya

Abstract

Artikel ini membahas membatik sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh pelajar SMP dan SMA
di daerah-daerah yang memiliki budaya membatik di Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif, kemudian instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan
dan media sosial, studi literatur, dan wawancara. Membatik merupakan keterampilan yang seyogyanya
dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, namun dewasa ini keterampilan dalam membatik
dan orang-orang yang terampil membatik semakin berkurang, karena proses regenerasi yang tidak
dilembagakan dan dipersiapkan secara matang oleh pemerintah. Sejalan dengan alasan tadi, minat
para pelajar untuk belajar membatik pun berkurang, terutama dalam mengapresiasi warisan budaya
leluhur. Demikian pengembangan kurikulum tingkat SMP dan SMA dengan menambahkan
keterampilan membatik sebagai muatan lokal (mulok), akan memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada generasi penerus dalam menjaga budaya membatik (tulis dan cap) sebagai warisan budaya
yang telah diakui oleh UNESCO. Penulis berpendapat dengan diadopsinya inovasi ini dalam kurikulum
pendidikan akan membawa dampak positif bagi Indonesia. Demikian, tanpa adanya kerjasama dalam
membangun kesadaran untuk melestarikan budaya leluhur antara Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI dengan setiap lembaga pendidikan yang berada di bawah tanggung jawabnya tidak
akan terwujud suatu proses transfer nilai-nilai budaya yang berkesinambungan.

 

This article write over membatik as skill which must know-how by high school students at regions who
have membatik tradition in Indonesia. Methodology Research which will use qualitative and also
observation, study literature and interview as instruments. Membatik skill which must have to all
Indonesian people who have batik tradition, as time goes by membatik skill and the batik expert more
diminish, because the process regeneration which not create institute for maintain the tradition and
preparation for the future by government. Accordance with the statements, interest from students for
learning membatik diminish, especially in appreciate cultural heritage. That developing of curriculum in
Junior High School and Senior High School with adding skill membatik as mulok (local content), will
give understanding more better to the new generation in to protect the tradition membatik (written and
stamp batik) as prestigious cultural heritage which one avowed with UNESCO. This article be of the
opinion with adopted this innovation in education curriculum will brings the positive impact for Indonesia.
Thus, without existence partnership in development the understanding for conserve prestigious culture
between Ministry of Education and Culture of RI and every institution education it will not reach the
sustainable cutural values.

Published
2019-01-15
How to Cite
Haerulloh, A. A. (2019). MUATAN LOKAL MEMBATIK PADA KURIKULUM SMP DAN SMA SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN KEBUDAYAAN. OISAA Journal of Indonesia Emas, 2(1), 15-23. Retrieved from https://ejournal.ppi.id/index.php/oisaa/article/view/37
Section
Articles